Mobilisasi Politik, Ideologi Baru & Reaksi Konservatisme

Mobilisasi Politik

Pemilihan Presiden AS 2016, Brexit dan gerakan populis Eropa menggunakan media sosial dalam memanfaatkan sentimen nasionalis. Twitter dan Facebook melarang hoaks dengan cara memonitor dan memberi pembatasan pada penggunanya. Para pengguna menyebar kebencian dan radikalisme secara online dan mereka semakin meradikalisasi satu sama lain menjadi lebih ekstrem menurut apa yang mereka yakini. Orang-orang ini mewakili kelompok minoritas tetapi mereka menemukan satu sama lain melalui Internet, membentuk gerakan transnasional di berbagai forum dan aplikasi perpesanan.

Di era Metaverse, individu-individu ini akan terus terhubung dan merekrut anggota baru. Kemungkinan para ekstremis membentuk negara-etnis virtual tidak tertutup kemungkinan di wilayah hiper-real yang tidak terkontrol. Kelompok-kelompok ini dapat memimpin demonstrasi virtual di dunia mereka masing-masing dalam skala besar. Mereka bisa saja dengan leluasa menggalang avatar palsu ketika pemilu diadakan di metaverse. Ini adalah ancaman yang akan dihadapi akibat kekuatan politik yang tidak terkendali.

Ideologi Baru

Proliferasi dunia maya metaverse dapat memicu pemikiran dan gagasan baru. Individu-individu yang berpikiran sama akan dengan mudah membentuk negara metaverse baru dengan ideologi baru yaitu mempromosikan ideologi progresif atau regresif yang akan memicu polarisasi politik. Bisa saja mereka yang memiliki ideologi berbeda tapi memiliki kesamaan identitas yang kemudian secara aktif memanfaatkan realitas virtual sebagai arena menuangkan konsep baru dengan ideologi baru. Sementara banyak pakar militer berpendapat bahwa perang tradisional dan batas negara-bangsa dianggap tidak relevan dalam sistem dunia digital. Konflik mungkin terjadi di dunia nyata namun dapat berbalik di Metaverse. Manusia akan tertarik pada komunitas berdasarkan bias kognitif dan pengalaman belajar di media yang baru dalam hiper-realitas.

Reaksi Konservatisme

Konservatisme secara historis berfungsi sebagai benteng melawan modernitas. Metaverse adalah gagasan modern yang membingungkan kaum tradisionalis. Sementara operator politik perlu menemukan cara untuk mengkooptasi berbagai ruang di Metaverse dan memanfaatkan kemampuan komunikasi massanya untuk menjangkau masyarakat konservatif. Pada sisi yang lain penghuni metaverse akan semakin bertambah dan memiliki potensi kekuatan suara. Sekalipun kaum tradisi masih memiliki kekuatan ril secara politik, tapi dunia metaverse sedang membuat polarisasi baru. Ini akan sangat merugikan jika pemangku politik tidak bisa melihat cela diantara masyarakat dengan pola pemikiran tradisional dan modern.

 

Mobilisasi Politik, Ideologi Baru & Reaksi Konservatisme

Oleh: Marlon Semuel Contantin Kansil, S.Pi., M.Si.

baca sebelumnya :
1. Distrupsi Politik di Era Metaverse
2. Politik Era Web 2.0
3. Politik di Era Web 3.0 & Pemerintahan Menuju Metaverse

Bagikan berita ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Platform SATUSEHAT Integrasikan Data Kesehatan Nasional
Next post Memeluk Pahikung Tenun Sumba Implementasi Seorang Ibu Dalam Gambaran Kehidupan