Distrupsi Politik di Era Metaverse

Distrupsi Politik di Era Metaverse

Sinmeta-, Di era web 2.0, politik memainkan peran untuk mendapatkan keuntungan dan dukungan. Internet sebagai pusat informasi membuka cela bagi stakeholder politik untuk membangun komunikasi. Media Amerika Serikat telah mengalami transformasi secara signifikan sejak munculnya media tersebut pada akhir tahun 1980-an. Diana Owen menuliskan bahwa selama dekade 2000-2014, media sosial telah menjadi alat politik yang kuat dalam kampanye dan pemerintahan.

Pada tahun 2019 akhir dunia mengalami masa pandemi yang diakibatkan oleh Covid-19. Aktifitas orang mulai bergeser sebagian besar dari dunia offline menjadi online. Berbagai terobosan baru dalam dunia teknologi memungkinkan manusia dapat melakukan berbagai kegiatan seperti bersosialisasi, bekerja dari rumah, rapat, melakukan transaksi keuangan, sekolah dan bermacam kegiatan lainnya. Aplikasi pendukung untuk mengantar manusia terhubung satu dengan yang lain sudah menjawab kebutuhan masyarakat yang sedang terisolasi.

Web 3.0 (Web3) adalah generasi ketiga dari evolusi teknologi web. Web, juga dikenal sebagai World Wide Web (WWW) adalah dasar bagaimana internet digunakan, menyediakan layanan situs dan aplikasi. Web 3.0 masih berkembang dan didefinisikan, dengan demikian tidak ada definisi kanonik yang diterima secara universal. Web 3.0 menekannkan pada aplikasi terdesentralisasi dan memanfaatkan teknologi berbasis blockchain. Web 3.0 juga akan menggunakan learning machine dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) untuk membantu memberdayakan aplikasi yang lebih cerdas dan adaptif.

Aspek lain yang merupakan bagian dari definisi yang muncul dari Web 3.0 adalah gagasan tentang web semantik. Di antara mereka yang menganjurkan integrasi teknologi semantik ke dalam web adalah Tim Berners-Lee. Butuh waktu lebih dari 10 tahun transisi dari web asli (Web 1.0) ke Web 2.0 dan diperkirakan tidak akan memakan waktu lama untuk menerapkan dan membentuk web dengan Web 3.0.

web
Sumber: techtarget.com

Pada akhir tahun 2021, Facebook mengganti namanya menjadi Meta. Ini mengejutkan banyak pihak di tengah kontroversi pajak dan masalah regulasi dengan pemerintah Amerika Serikat. Pada saat bersamaan Meta mengeluarkan platform baru yang disebut Metaverse. Resiko yang diambil Mark Zuckerberg cukup besar dengan mengambil peluang yang belum tentu bisa dilirik oleh konsumen.

Facebook yang telah menjelma menjadi Meta bukan hanya pemain tunggal yang berinvestasi pada platform avatar tiga dimensi semata, namun game seperti Fortnite dan Roblox telah lebih dulu masuk ke dunia generasi Z yang sangat populer. Pengguna game ini telah berinteraksi dan menciptakan avatar mereka dalam dunia virtual.

Selain itu ada Nike sebagai merek dagang internasional telah meluncurkan Nikeland di Roblox dan bahkan berniat untuk membuat baju virtual bagi para avatar termasuk sepatu dan asesoris digital sehingga kaum avatar akan kelihatan lebih keren.

Lain halnya dengan Dropbox sebagai layanan penyedia data berbasis web yang dioperasikan oleh Dropbox, Inc., menawarkan sistem penyimpanan data berjejaring yang memungkinkan pengguna menyimpan data bersama pengguna lainnya yang tersinkronisasi. Dropbox menawarkan layanan seperti gratis dan berbayar dengan keuntungan yang bervariasi.

Metaverse adalah dunia atau lingkungan virtual dimana terjadi pertemuan antara manusia yang berinteraksi dengan menggunakan avatar. Ini tentunya akan menjadi lebih terasa keberadaan seseorang dibanding dengan panggilan video yang sederhana atau permainan yang dilakoni oleh beberapa orang seperti yang terlihat pada multiplyer video game. Ini akan membawa nuansa baru bagi media sosial yang terhubung secara nyata.

Dalam dunia Metaverse seseorang dapat terhubung dengan kehidupan yang mirip dengan dunia nyata seperti bekerja, belanja, bermain game, kencan, jalan-jalan, menonton konser bersama bahkan menghadiri kampanye politik. Dari sisi politik, beberapa kegiatan politik di Amerika Serikat sudah terjadi pada platform media sosial dan website yang terhubung melalui internet. Orang bisa secara langsung terlibat walaupun berada pada belahan dunia yang berbeda dan ini bukan hal yang baru.

Di era Metaverse, aksi-aksi politik akan lebih nyata dan dapat diikuti dalam 1×24 jam ketika organisasi, aktor dan konsultan politik melakukan kampanye dan reli politik. Konstituen dapat secara langsung bertemu dengan para stakeholder politik dan menanyakan langsung program kerja serta visi misi kandidat. Hal ini tentunya akan menjadi pengalaman baru tiga dimensi yang menarik dengan nuansa yang lebih nyata dibanding dengan web 2.0 yang bersifat dua dimensi.

Distrupsi Politik di Era Metaverse

Oleh : Marlon Semuel Contantin Kansil, S.Pi., M.Si.

Bagikan berita ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Wisata Taman Bunga Celosia Dengan Segudang Spot Foto
Next post Pantai Batakan Padukan Keindahan Alam Dengan Rekreasi Nan Seru