Docs by the Sea Anugerahkan 8 Penghargaan Proyek Dokumenter Asia, 3 Proyek Dari Indonesia

Sinmeta-, Docs by the Sea menganugerahkan 8 penghargaan bagi proyek dokumenter Asia, 3 di antaranya adalah proyek dari Indonesia (26/8). Docs by the Sea adalah lab dan forum internasional untuk proyek film dokumenter yang bertujuan menghubungkan filmmaker Asia ke pasar internasional. Docs by the Sea diselenggarakan sejak 2017 atas inisiatif Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebelumnya BEKRAF) bekerja sama dengan In-Docs.

Di pembukaan Forum Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno, menyatakan bahwa, “Film dokumenter memiliki potensi menyampaikan pesan dan memfasilitasi pertumbuhan masyarakat di berbagai lini. Penting bagi kita untuk mempertemukan pembuat film dokumenter dan pelaku industri demi membangun ekosistem industri film yang menyeluruh dan sehat. Melalui platform Docs by the Sea, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bercita-cita membangun ekosistem yang mampu membuka berbagai kesempatan pendanaan bagi industri film dokumenter”.

Docs by the Sea Anugerahkan 8 Penghargaan Proyek Dokumenter Asia

Inilah Delapan Penghargaan yang diberikan :

Penghargaan Docs by the Sea Pitch Award; Pendanaan eksklusif dari In-Docs untuk dua proyek film terpilih dari Indonesia, sebesar IDR 35.000.000 bagi setiap proyek. Pertama; SANDAN LOVE GARDEN (Indonesia); Luthfi Muhammad (Sutradara), serta Merio Felindra (Produser).

Gugi Gumilang, Direktur Eksekutif In-Docs menyatakan, “Proyek ini bercerita tentang pasangan muda yang berkomitmen untuk melepaskan diri mereka dari kesibukan dan keriuhan kota, namun harus dihadapkan dengan lapis kehidupan yang seperti tak dapat ditembus. Dua pembuat film muda ini merekam perjuangan pasangan tersebut untuk berdamai dengan ketegangan antara kehidupan tradisional dan modern. Kami percaya bahwa mereka bisa mengemasnya dalam sebuah kisah cinta tentang hasrat dan kepahitan mengejar mimpi.”

Kedua; THE FORTUNE TELLER | Indonesia; Arfan Sabran (Sutradara, Produser), serta Cyrys Lamija Rose (Produser).

Gugi Gumilang, Direktur Eksekutif In-Docs menyatakan, “Proyek yang mengangkat tema akil balig ini menangani luka personal tokohnya dengan sangat unik dan berhasil menyentuh konsep identitas secara luas. Kami percaya bahwa akses leluasa terhadap sang protagonis dan suara visioner sang pembuat film dalam proyek ini dapat menghasilkan sebuah film yang kuat dalam sentuhan kelembutannya.”

Penghargaan Kedua; DOK Leipzig Industry Docs by the Sea Prize; Undangan kepada satu (1) atau beberapa partisipan forum untuk mengikuti DOK Co-Pro Market, dibebaskan dari biaya pendaftaran sebesar EUR 375 dan disediakan akomodasi untuk tim selama 3 hari. Diberikan kepada IN THE LIGHT OF DARKNESS | India, dengan Koel (Sutradara), Koval (Produser).

Penghargaan Ketiga ; Lyfta Award ; Berupa hibah pengembangan film sebesar EUR 5.000, dan pelatihan 360° bagi setidaknya satu (1) peserta forum. Dalam pelatihan, peserta membuat film dokumenter berbasis karakter berdurasi 3-8 menit dengan alur cerita yang kuat dan karakter sentral yang menarik. Filmmaker akan menerima dukungan dari tim konten internal, yang terdiri dari para ahli dalam pembuatan film dokumenter, multimedia, serta antropologi, pedagogi, dan produksi dokumenter interaktif.

Docs by the Sea Anugerahkan 8 Penghargaan Proyek Dokumenter Asia

Terpilih THE FORTUNE TELLER | Indonesia ; dengan Arfan Sabran (Sutradara, Produser), Cyrys Lamija Rose (Produser).

Beth Simpson dari Lyfta menyatakan, “Ini adalah cerita yang sensitif dan segar tentang seorang belia yang mengeksplorasi astrologi, fesyen, dan gender. Tema-tema ini akan menyatukan penonton-penonton muda kami dari berbagai belahan dunia. Kami terkesan dengan pitch dan materi visual proyek ini, serta kedekatan hubungan tim produksi dengan ceritanya. Kami tak sabar untuk menyelami kehidupan sang tokoh utama yang karismatik ini.”

Penghargaan Keempat; DMZ Docs Award ; Berupa uang tunai sebesar USD 2.000 untuk satu (1) partisipan forum. Dan diberikan kepada SHE WILL FIND THE SKY | Indonesia, dengan Lies Nanci Supangkat (Sutradara), Sammaria Simanjuntak (Produser).

Sunah Kim dari DMZ Docs menyatakan, “Ini adalah proyek dengan dampak sosial yang signifikan. Kami percaya proyek ini bisa menyinggung permasalahan fundamental di berbagai masyarakat patriarkis. Para pembuat film ini telah memulai proyek ini dengan sangat berani di saat mereka hampir tidak punya pendanaan.”

Penghargaan Kelima; Current Time TV: Diberikan kepada ISLAND OF THE WINDS (Taiwan), dengan Ya-Ting Hsu (Sutradara, Produser), Huang Yin-yu (Produser), berupa uang tunai sebesar EUR 3.000 untuk satu (1) partisipan forum.

Galina Stepanova from Current Time TV menyatakan, “Current Time ingin memberikan penghargaan pada sebuah proyek yang menunjukkan dedikasi amat besar terhadap karakter dan ceritanya. Kami mengagumi sang sutradara yang telah mengikuti perjalanan para tokohnya selama bertahun-tahun, serta berada di samping mereka saat mereka berjuang mempertahankan rumah dan tempat mereka di masyarakat. Kami percaya materi yang terkumpul dari proses syuting bertahun-tahun ini, dipadu dengan visi penyutradaraan yang energik, akan menghasilkan sebuah film yang kuat dan humanis”.

Docs by the Sea Anugerahkan 8 Penghargaan Proyek Dokumenter Asia

Penghargaan Keenam, yakni Taskovski Film Training : diberikan kepada UNTITLED PROJECT (India) dengan Pankaj Johar (Sutradara). Berupa undangan pelatihan film untuk satu (1) proyek.

Esma Saric dari Taskovski Film Training menyatakan, “Kami telah menyaksikan berbagai proyek yang jelas mencerminkan kerja keras, kesabaran, dan kreativitas dari tim produksinya. Namun, kami memutuskan untuk memberi penghargaan kepada salah satu dari berbagai temuan berharga ini, sebuah proyek yang menginspirasi kami dengan idenya, usaha dan dedikasinya selama bertahun-tahun, serta kami rasa menjanjikan untuk sukses dalam waktu dekat.

Sedangkan untuk penghargaan ketujuh yakni Al Jazeera Documentary Award : Diberikan untuk IN THE LIGHT OF DARKNESS (India), dengan Koel (Sutradara), serta Koval (Produser), berupa uang tunai sebesar USD 3.000 untuk satu (1) proyek.

Dan penghargaan Kedelapan; yaitu EST Award : Diberikan kepada UNTITLED PROJECT (India) dengan Pankaj Johar (Sutradara), berupa uang tunai sebesar USD 3,000 untuk satu (1) proyek film dengan durasi di bawah 20 menit yang tengah berada di tahap produksi manapun; dengan penceritaan berbasis karakter utama berlatar belakang Asia, melibatkan tim produksi asal Asia, produser Asia, dan/atau sutradara Asia. Topik yang menjadi fokus adalah seputar hak asasi manusia, human interest, serta subkultur/minoritas.

Stephanie Tangkilisan dari EST Media menyatakan, “Kami memilih untuk memberikan EST Award kepada UNTITLED PROJECT karena kami kagum dengan komitmen sang pembuat film terhadap proyeknya dan akses eksklusif yang ia miliki dengan tokohnya. Kami bangga dapat mendukung perjalanan film ini untuk berproduksi dalam bentuk yang lebih pendek. Kami menantikan untuk bekerja sama lebih lanjut dengan Pankaj.”

Pengumuman pemenang pada Malam Penghargaan disiarkan secara daring, sekaligus digelar secara luring di Bali, Indonesia. Jadi di edisi ke-6nya, ajang Lab dan Forum internasional bagi para pembuat film dokumenter se-Asia ini digelar dalam format hybrid.

Sejak 2017, Docs by the Sea diinisiasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI, sebelumnya BEKRAF) bekerjasama dengan In-Docs, sebuah organisasi nirlaba yang berkomitmen untuk menumbuhkan budaya keterbukaan menggunakan film dokumenter.

Docs by the Sea 2022 juga didukung penyelenggaraannya oleh Docmonde dan Forum Film Dokumenter (FFD), dengan bantuan pendanaan dari the Franco-German Cultural Fund, serta dukungan dari Goethe-Institut Indonesien dan Institut Français d’Indonesie.

Docs by the Sea Anugerahkan 8 Penghargaan Proyek Dokumenter Asia

Docs by the Sea telah menjadi platform terdepan bagi pembuat film dokumenter kreatif se-Asia untuk merilis proyek mereka, serta menjembatani para pembuat film baru ini dengan sejumlah forum dokumenter internasional terkemuka.

Sebelumnya proyek film My Sister Umi Aci (Indonesia), Mountain of Ashes (Thailand) serta The Bamboo Family (Myanmar) berhasil meraih penghargaan di Asiadoc 2021; demikian pula I am Walking (Thailand/Filipina/Malaysia/Singapura) berhasil mengakses DOK Co-Pro Market 2021 yang diselenggarakan oleh DOK Leipzig.

Docs by the Sea 2022 Forum juga berkesempatan untuk mengamankan kolaborasi produksi berskala internasional dengan para pelaku industri melalui 500+ sesi matchmaking yang berlangsung sepanjang minggu kemarin. Adapun para pelaku industri yang berpartisipasi tahun ini turut hadir mewakili berbagai festival dan institusi kenamaan;

Seperti misalnya Cannes Docs (Perancis), Cinéma du Réel (Perancis), DW – Deutsche Welle (Jerman), DMZ Docs (Korea Selatan), IDFA (Belanda), NHK (Jepang), POV PBS (Amerika Serikat), Singapore International Film Festival, CPH:DOX Copenhagen (Denmark), Sundance Film Festival (Amerika Serikat), and Vision du Réel (Swiss).

Setiap tahunnya, berbagai proyek dokumenter terpilih akan menerima lokakarya intensif yang memungkinkan mereka untuk menjalin hubungan dengan berbagai ahli dan praktisi dokumenter internasional dari berbagai latar belakang. Para mentor ini akan membimbing para pembuat film melalui tiga jenis lab: Storytelling Lab, Editing Lab, dan Creative Producing Lab (Lab Penceritaan, Penyuntingan, dan Produksi Dokumenter Kreatif).

Docs by the Sea 2022 khususnya menjadi bukti keanekaragaman cerita yang dimiliki Asia, diwarnai dengan sejumlah partisipasi baru dari negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Jepang, Hong Kong, India, dan Bangladesh.

Sejumlah pembuat film yang berpartisipasi dalam Docs by the Sea 2022 mengakui bahwa platform ini menjadi ruang aman bagi mereka untuk membangun percakapan kreatif yang menyenangkan dan produktif. Terlebih lagi, mengingat setiap partisipan mulai dari tahapan yang berbeda-beda, serta betapa banyaknya proyek terpilih tahun ini yang mengangkat tema-tema yang sulit dibicarakan.

Dan Docs by the Sea berencana akan kembali lagi di 2023, kemungkinan akan sepenuhnya dalam format luring, dengan harapan menjaring lebih banyak lagi proyek dokumenter dari berbagai penjuru Asia. (tjoektantri; foto humasdbts)

Bagikan berita ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Presiden Nikmati Musik Ukulele Anak-Anak Maluku
Next post Mayjen TNI Teguh Pudjo Rumekso Sekretaris Kemenko Polhukam, Menko Polhukam : Ingatkan Bangun Koordinasi Dan Sinergi