Pencapaian Target Transisi Energi, Keuangan Berkelanjutan Dan Pembiayaan Syariah Jadi Pilihan Pendanaan

Sinmeta-, Forum Energy Transition Working Group (ETWG) Indonesia G20 2022 dan T20 Indonesia menyelenggarakan rangkaian seminar yang bertajuk “Unlocking Innovative Financing Schemes and Islamic Finance to Accelerate a Just Energy Transition in Emerging Economies”. Dan tiga isu utama dalam transisi energi yang menjadi perhatian, yaitu aksesibilitas, teknologi dan pembiayaan.

Menjelang G20 Summit November nanti, ETWG diharapkan mampu menemukan terobosan dalam hal teknologi dan pembiayaan serta mendiskusikan model terbaik untuk mobilisasi pembiayaan publik dan swasta pada energi terbarukan. Ketua Forum ETWG, Yudo D. Priaadi menegaskan dengan membuka dan menangkap peluang pembiayaan akan sangat penting bagi Indonesia dalam melebarkan aksesibilitas dan inklusivitas demi terciptanya transisi energi yang berkelanjutan.

Sementara Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan, OJK berkomitmen mempromosikan keuangan berkelanjutan untuk memastikan kelancaran transisi menuju ekonomi rendah karbon.

“Dengan kata lain, OJK mendukung pemerintah mewujudkan komitmen dalam Kesepakatan Paris menuju Net Zero Emission pada 2050 dengan menerbitkan sejumlah roadmap pembiayaan berkelanjutan sejak 2015 dan tahap kedua yang akan diselesaikan pada periode 2021-2025, papar Mahendra Siregar.

Pembiayaan Syariah Jadi Pilihan Pendanaan

Sedangkan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’aruf Amin mengungkapkan, pembiayaan berkelanjutan di Indonesia dapat dilakukan berdampingan dengan pembiayaan syariah. Kaidah syariah menjunjung pelestarian bumi dan kemaslahatan manusia. Sehingga, pembiayaan Islamik berpotensi tinggi untuk mendanai Energi Baru Terbarukan (EBT), misalnya lewat wakaf, sukuk dan bonds. Dan dilain sisi, inovasi dan promosi sukuk perlu ditingkatkan agar ketertarikan masyarakat terhadap transisi energi semakin tinggi.

Menjawab pernyataan di atas, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyepakati bahwa sukuk wakaf dapat dijadikan alternatif yang baik dalam mencapai target transisi energi. Dari sisi kerangka kerja, beliau mengungkapkan bahwa prioritas transisi energi diakomodasi lewat Energy Transition Mechanism (ETM) yang telah diluncurkan sejak tahun lalu.

ETM merupakan kerangka kerja penyediaan pembiayaan yang diperlukan dalam mempercepat transisi energi nasional dengan memobilisasi sumber pendanaan komersial maupun non-komersial secara berkelanjutan. Platform ini memungkinkan peningkatan infrastruktur energi Indonesia dan mempercepat transisi energi bersih menuju NZE dengan cara adil dan terjangkau.

Anna Skarbek, CEO Climateworks Centre, yang menjadi mitra penyelenggara seminar ini, menambahkan, momentum pembiayaan transisi energi di Indonesia sudah ada dan terlihat. ETM Platform di bawah Kementerian Keuangan melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan Asian Development Bank (ADB) merupakan contoh nyata bahwa negara ini sudah mengambil langkah-langkah untuk dapat menarik lebih banyak investasi dan menciptakan berbagai skema peluang pendanaan untuk transisi energy.

Seminar ini terselenggara oleh ETWG Indonesia G20 2022 dan T20 Indonesia, berkolaborasi dengan Centre For Policy Development (CPD) Australia, Climateworks Centre, International Institute for Sustainable Development (IISD), Indonesia Research Institute for Decarbonization (IRID), dan the Institute for Essential Services Reform (IESR), serta didukung oleh Asia Investor Group on Climate Change (AIGCC). (wemfauz; foto humaskemenkeu)

Bagikan berita ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Pemerintah Merencanakan Pemberian Booster Kedua Bagi Para Tenaga Kesehatan
Next post Murid Sekolah Staf Presiden (SSP) Sambangi MAB, Moeldoko Bersama Murid SSP Test Drive Kendaraan Listrik