SINMETA.ID, Solo – Program “KSP Mendengar” merupakan salah satu program rutin untuk mendengarkan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah yang digagas oleh Kantor Staf Presiden. “KSP Mendengar” sudah aktif hampir di 25 kota besar dan kali ini kota Solo merupakan titik tuan rumah tempat penyelenggaraan KSP Mendengar yang dilakukan bersama dengan DPP PERSIARI (Penyiar Radio Seluruh Indonesia).
Bertempat di Ballroom Hotel Sunan Solo, pada Jumat pagi (10/03/2023). Acara yang dihadiri oleh para anggota DPP PERSIARI ini bertujuan untuk mendengarkan aspirasi para penyiar radio dari seluruh Indonesia kepada Pemerintah. Baik aspirasi mengenai kesejahteraan, pembangunan serta masa depan radio di Indonesia.
Turut hadir dalam acara KSP Mendengar pagi tadi, Ketua DPP PERSIARI Suwiryo, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Joanes Joko dan Ratnaningsih Dasa Hastarini, serta Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Agung Suprio.
Diawali dengan pembukaan serta paparan program program Pemerintah dari Joanes Joko lalu dilanjutkan sesi tanya jawab dengan para peserta yang hadir. Acara berlangsung cair dengan interaksi yang hangat dari narasumber dan peserta audiensi.
Beberapa penyiar radio yang hadir turut memberikan beberapa pertanyaan serta masukan kepada Pemerintah terutama dalam masalah kesejahteraan Penyiar Radio. Masih banyaknya penyiar radio yang dibayar dibawah standar membuat profesi Penyiar Radio kurang dibanggakan dan bahkan tidak bisa menjadi mata pencaharian utama. Beberapa dari para peserta juga mempertanyakan standar kompetensi profesi bagi para penyiar radio mengingat profesi sebagai penyiar radio merupakan salah satu profesi yang sangat diperhitungkan dalam bidang jurnalistik.
Salah seorang Penyiar Radio asal Jambi, Elvira, menyampaikan di daerah asalnya masih ada penyiar radio yang dibayar sebesar Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per jamnya. Hal ini tentu membuat profesi ini dipandang bukan sebagai profesi yang menjanjikan.
“Kami sebagai penyiar radio terutama radio radio di daerah mengingkan Pemerintah lebih memperhatikan nasib dan kesejahteraan kami, karena banyak sekali dari kami yang masih dibayar dibawah standar. Alangkah lebih baik Pemerintah menetapkan standar pendapatan bulanan bagi kami karena pekerjaan kami sama seperti profesi lainnya.” tutur Elvira mengemukakan pendapat kepada para Narasumber yang hadir.
“Kalau perlu kami ingin sekali bisa bertemu dengan Bapak Presiden Joko Widodo di Istana Negara untuk membahas masalah kesejahteraan serta masa depan radio di Indonesia” tambah Elvira diamini oleh seluruh peserta yang hadir.
Selain masalah kesejahteraan, beberapa peserta yang hadir juga mempertanyakan masalah jaminan kesehatan serta hari tua dari para penyiar radio yang cukup “terlupakan”.
Salah satu peserta yang juga anggota DPP PERSIARI, Venus, menyampaikan pendapat kepada KSP bahwa banyak sekali radio radio daerah terutama di Kalimantan yang sudah “tutup pintu” karena tidak adanya lagi cashflow operasional bagi radio itu sendiri. Padahal Kalimantan sendiri sebentar lagi akan menjadi pintu gerbang negara seiring dengan pembangunan IKN atau Ibu Kota Nusantara.
“Saya menyaksikan sendiri banyak sekali radio radio di daerah terutama di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur yang tutup karena sudah tidak mampu lagi bertahan. Hal ini karena kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat mengenai keberlangsungan hidup dunia penyiaran radio. Jangan sampai radio di Indonesia menjadi mati. Kemerdekaan Indonesia berawal dari radio, jadi mau tidak mau kita harus menyelamatkan radio” ujar Venus.
Menanggapi hal ini, KSP yang diwakili oleh Joanes Joko mengatakan bahwa Pemerintah melalui KSP nantinya akan mengatur mengenai pelatihan penyiaran radio yang dananya akan diambil dari anggaran yang ada.
“Nanti saya dan pihak stakeholder terkait seperti Kominfo dan KPI akan mengalokasikan dana yang ada untuk bisa digunakan sebagai anggaran pelatihan penyiar radio, selain itu mungkin kita akan membuat diskusi secara masif mengenai kesejahteraan penyiar radio di Indonesia” jelas Joko menjawab beberapa pertanyaan peserta.
Tak hanya itu, Ketua KPI, Agung Suprio juga menambahkan bahwa pihaknya sedang berusaha untuk menyusun program sertifikasi untuk para penyiar di Indonesia.
“Kami sedang berusaha menyiapkan sertifikasi profesi agar nantinya profesi penyiar radio bisa lebih memiliki standar sama seperti profesi lainnya” ujar Agung.
Acara diskusi berlangsung secara hangat dan sesekali diiringi gelak tawa karena kelakar beberapa peserta diskusi. Acara yang berlangsung selama 3 jam ini kemudian ditutup dengan foto bersama dan ramah tamah antara narasumber dan peserta.
(fw)
Good news.