Sinmeta-, Pentingnya penguatan penelitian sorgum sebagai alternatif beras guna menghadapi ancaman krisis pangan global, demikian ujar Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menerima kedatangan peneliti pangan dari 12 negara di Jakarta. Masing-masing dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, Myanmar, Bangladesh, Kamboja, Yordania, Mongolia dan Pakistan.
Peneliti pangan dari 12 negara mengikuti pelatihan dan penelitian bersama terkait tanaman Sorgum, di Jonggol, Jawa Barat. Dalam pelatihan tersebut, para peneliti pangan saling berbagai pengetahuan dan pengalaman dalam pengembangan dan pengolahan tanaman sorgum menjadi sumber pangan, bioenergi, dan pemanis alami.
“Tantangan pangan tidak hanya dialami oleh Indonesia namun oleh seluruh negara. Oleh karenanya perlu mendorong adanya kolaborasi peneliti pangan dari berbagai negara. Salah satu tanaman yang sangat berpotensi namun belum banyak dikembangkan yakni sorgum”, ucap Moeldoko
Dan peneliti Indonesia mulai mengembangkan varietas sorgum unggul yang lebih tahan lama dengan produktivitas yang lebih tinggi. Menurut Moeldoko, sorgum merupakan tanaman yang sangat bermanfaat, bahkan bisa dikatakan sebagai tanaman unggul karena memiliki banyak kelebihan, baik dari segi gizi dan kesehatan. Juga sangat baik untuk masyarakat yang ingin mengkonsumsi makanan yang tinggi protein sekaligus menghindari diabetes dan bebas gluten.
Sementara itu, peneliti Pangan Indonesia Soeronto Human mengakui bahwa sorgum unggul dan cocok ditanam di Indonesia. Sayangnya, sampai saat ini masyarakat Indonesia masih terbiasa mengonsumsi beras dan gandum.
“Oleh karena itu, perlu perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat terkait pengembangan dan pemanfaatan sorgum sebagai salah satu alternatif pangan”, ujar Soeronto Human. (wemfauz; foto yy/humaskementan)