Sinmeta-, Para pelaku industri furnitur diminta mengoptimalkan potensi pasar dalam negeri yang semakin besar peluangnya saat ini, demikian ajak Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. Ditegaskan pula bahwa industri furnitur dan kerajinan yang selama ini mengandalkan pasar ekspor harus mulai berbenah.
“Di tengah kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian saat ini, pasar ekspor akan mengalami gangguan dan industri furniture dan kerajinan harus mengubah haluan ke pasar dalam negeri”, kata Teten Masduki di Musyawarah Nasional VII Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) di Jogja Expo Center, Daerah Istimewa Yogyakarta (23/8).
Untuk mendukung hal ini, pemerintah memiliki kebijakan belanja pemerintah sebesar 40 persen untuk produk UMKM atau setara dengan Rp400 triliun tahun ini yang dapat dimanfaatkan oleh industri furnitur dan kerajinan. Industri furnitur bisa mengambil bagian di bidang penyediaan furnitur sekolah. Nilainya lumayan, ada Rp54 triliun.
“Sebelumnya bangku sekolah harus SNI, tapi sekarang enggak perlu. Sekarang dipangkas. Kita akan optimalkan ini. Jadi mungkin tadi belanja pemerintah kita optimalkan dan setiap tahun akan lebih mudah”, kata Teten Masduki.
Ditambahkan oleh Teten Masduki pemerintah sedang berbenah agar kebijakan ini dapat diserap dengan baik oleh para pelaku usaha khususnya untuk UMKM. Hal yang dapat dilakukan ialah memetakan kebutuhan pemerintah agar penyediaan produk pun dapat dilakukan secara maksimal.
“Kami berusaha sebelum masuk tahun baru, belanja pemerintah dipetakan kebutuhannya. Sehingga bisa tahu apa pengadaan pemerintah. Kalau mendadak kan tidak bisa”, ungkap Teten Masduki.
Dan diakui oleh Teten Masduki, nilai ekspor furnitur Indonesia pada kuartal I 2022 sudah mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS. Jumlah ini dikatakan lebih tinggi 15,87 persen dari tahun sebelumnya di periode yang sama. Ekspor furnitur tersebut terdiri dari produk furnitur berbahan kayu yang mencapai 53,37 persen diikuti oleh furnitur rotan 7,24 persen, dan furnitur metal 3,95 persen dengan pangsa pasar Amerika Serikat.
Teten Masduki berharap kegiatan ini mampu memberikan peta jalan pengembangan industri furnitur dan kerajinan yang strategis bagi UKM.
Sementara Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asmindo Anggoro Ratmadiputro mengakui industri permebelan dan kerajinan memang menghadapi masalah cukup berat yang merupakan dampak pandemi berkepanjangan. Hal ini berkaitan dengan pasar ekspor yang terganggu akibat beragam hal seperti inflasi global, geopolitik, dan lain sebagainya.
“Untuk menghadapi hal ini, kami berharap perhatian lebih dari pemerintah untuk hadapi situasi serius ini. Selama ini kita perhatikan pasar ekspor, saat ini kita harus mengubah haluan karena pasar ekspor sedang terdampak pandemi”, kata Anggoro Ratmadiputro.
Ditambahkan oleh Anggoro Ratmadiputro bahwa kita harus menyiapkan strategi untuk menghadapi pasar ekspor yang belum membaik. Kita harus menggarap dengan serius pasar dalam negeri karena masih dikuasai impor. “Oleh karena itu harus dilirik ini dan tentu tanpa kerja sama dengan pemerintah tidak akan berhasil. Kita ingin produk anak negeri jadi tuan di negeri sendiri”, pungkasnya. (denma/ tjoek; foto humaskemenkopukm)