Sinmeta-, Pemerintah diminta untuk secara tegas memaksa para eksportir komoditi dan mineral mengembalikan hasil penjualannya dalam bentuk mata uang dollar ke dalam negeri. Permintaan ini disampaikan mantan ketua HIPMI Bengkulu itu mengingat semakin menyusutkan cadangan devisa negara di tengah fenomena wind fall komoditi.

Dikatakan oleh Wakil Ketua Dewan Perwakilan daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin (02/12/2022) bahwa dirinya tidak mengusulkan untuk diterapkan kebijakan capital control, tapi negara sedang membutuhkan dukungan moral para eksportir nasional.

“Kita ingin komitmen bisnis para pelaku usaha khususnya eksportir komoditi dan mineral sejak awal diatur secara komprehensif terutama terkait devisa hasil ekspor. Saya kira Pemerintah harus inovatif dan berani mengatur dan mengontrol proses investasi dan arus perdagangan komoditas agar berdampak langsung terhadap ketahanan ekonomi nasional”, kata Sultan B Najamudin.

Menurut Sultan B Najamudin, Indonesia tidak bisa hanya puas dan membanggakan posisi neraca perdagangan yang selalu positif. Sementara tidak cukup berfungsi sebagai booster bagi imunitas nilai tukar rupiah dan hanya dinikmati oleh pelaku usaha.

“Kami menyadari proses penarikan devisa hasil ekspor atau capital control ini amat sangat sulit direalisasikan, tapi tidak berarti hal itu tidak bisa dinegosiasikan pemerintah kepada para eksportir. Kami percaya Bapak presiden Joko Widodo memiliki kemampuan dan kemauan politik yang kuat untuk memastikan setiap hasil perdagangan komoditas disimpan atau diinvestasikan kembali ke Indonesia”, tegas Sultan B Najamudin.

Jika kita hanya memaklumi dengan mekanisme investasi dan ekspor yang ada, kata Sultan B Najamudin, cadangan devisa Indonesia tidak akan banyak membantu dalam stabilitas nilai tukar rupiah. Kita tak harus mencari dan berharap banyak pada penanaman modal asing.

“Dalam kasus pelemahan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia tentu akan sangat berhati-hati menyesuaikan kenaikkan suku bunga. Salah satu cara terbaik adalah dengan meningkatkan cadangan devisa dari hasil ekspor yang berorientasi pada investasi”, tutup Sultan B Najamudi.

Seperti diketahui neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus dalam 30 bulan beruntun. Pada periode Januari – Oktober 2022, surplus tercatat lebih dari US$ 45 miliar. Namun, hal tersebut belum tercermin di cadangan devisa Indonesia yang justru terus mengalami penurunan.

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2022 tetap tinggi sebesar 130,2 miliar dolar AS,  sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2022 sebesar 130,8 miliar dolar AS.

Salah satu penyebab devisa tersebut tidak berada di dalam negeri yakni suku bunga valas yang kurang kompetitif. Eksportir pun lebih memilih menempatkan dolar-nya di luar negeri. (tcs; foto humasdpdri)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *