Sinmeta-, Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko menekankan pentingnya dunia pendidikan menumbuhkan karakter inovasi. Sebab, saat ini karakter inovasi yang paling penting untuk melompat menjadi negara maju. Bangsa kita sudah memiliki karakter kuat, yakni berketuhanan, gotong royong, sopan-santun, dan toleransi. Dan untuk menjadi negara maju, karakter yang harus ditumbuhkan adalah inovasi, jelas Moeldoko, saat memberikan kuliah umum secara daring pada mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang (UNNES) (6/9).
“Karakter inovasi merupakan jawaban dari tantangan dunia. Di mana saat ini lingkungan global menghadapi perubahan yang sangat cepat, penuh risiko, kerumitan, dan kejutan-kejutan. Satu-satunya kunci untuk menjawab tantangan itu adalah mampu beradaptasi dengan mencitpakan berbagai inovasi. Jadi pilihannnya, Innovate or Die”, tegas Moeldoko.
Dan dalam menjawab tantangan global, yakni krisis pangan, energi, dan keuangan, pemerintah Indonesia telah melakukan inovasi. Seperti di bidang pangan, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan untuk pengembangan tanaman pengganti gandum, yakni dengan menanam sorgum. Langkah ini untuk menjawab tantangan berupa larangan ekspor gandum dari sejumlah negara produsen.
“Seperti kazahkstan melarang ekspor gandum hingga 30 September. Lalu, Kirgizstan, India, Afghanistan, Aljazair, Serbia, dan Ukraina yang melakukan pelarangan ekspor gandum sampai 31 Desember. Untuk itu Presiden instruksikan pembuatan roadmap produksi dan hilirisasi sorgum hingga 2024”, ungkap Moeldoko.
Pada sektor energi, sambung Panglima TNI 2013-2015, pemerintah saat ini sedang menyiapkan Inpres untuk percepatan penggunaan kendaraan listrik khususnya di lingkungan pemerintah. Bahkan, Presiden juga mendorong agar Indonesia menjadi pemain utama dalam pengembangan mobil listrik global.
“Inovasi-inovasi ini diciptakan, agar kita bisa mewujudkan visi Indonesia maju pada 2045. Dan di tangan kalianlah masa depan bangsa ini ditentukan”, jelas Penjaga NKRI ini.
Oleh karenanya, Moeldoko berharap perguruan tinggi bisa berkontribusi pada pembangunan sumber daya manusia. Terlebih saat ini, peringkat pembangunan SDM Indonesia masih kalah dibanding dengan negara-negara maju lainnya. “Untuk menggenjot kualitas SDM, pemerintah sudah siapkan berbagai kartu pintar mulai Sekolah Dasar hingga Kuliah. Pemerintah juga fokus memperbaiki angka stunting. Ini strategi-strategi pemerintah untuk menciptakan generasi emas pada 2045”, tuturnya.
“Di KSP sendiri, saya membuat program Sekolah Staf Presiden, untuk menjadi pembelajaran anak-anak muda bagaimana mengurus negara”, pungkas Moeldoko. (tjoek; foto humasksp)