Sinmeta-, Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sultan B Najamudin meminta Pemerintah untuk secara bertahap meningkatkan Domestik Market Obligation (DMO) minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk memenuhi kebutuhan bauran biodiesel B35 dan B40. Menyusul adanya gejala krisis energi menyusul meningkatnya ketegangan dan eskalasi antara Rusia dengan Ukraina bersama negara-negara anggota NATO. Di samping adanya upaya penolakan produk olahan sawit oleh Eropa dan potensi penurunan permintaan CPO Indonesia oleh India.
“Kami mengapresiasi kebijakan menteri Perdagangan RI yang akan memberlakukan peningkatan porsi DMO CPO dari perbandingan 1:8 menjadi 1:6 untuk mengantisipasi kelangkaan minyak goreng menjelang Ramadhan. Namun dalam jangka panjang pemerintah juga perlu menyiapkan pasokan CPO yang lebih untuk kebutuhan kebijakan bauran biodiesel B35 atau bahkan B40”, ungkap Sultan B Najamudin, (04/01).
Sebagai negara kepulauan yang luas, kata Sultan B Najamudin, Indonesia membutuhkan bahan bakar jenis biosolar yang lebih dalam mendukung aktivitas transportasi dan logistik. Di sisi lain, kita perlu memperhatikan kembali nilai impor BBM yang terus mengalami peningkatan dan signifikan menggerus cadangan devisa negara.
“Selama ini kita hanya menjadi suplayer bahan baku biosolar untuk negara-negara Eropa. Pada tahun 2021, Uni Eropa mengimpor minyak sawit dan produk turunnya hingga mencapai US$ 6,4 miliar di mana sebagian besar akan digunakan sebagai bahan bakar biofuel”, ujar mantan ketua HIPMI Bengkulu itu.
Sebagai penghasil utama CPO, lanjutnya, Indonesia seharusnya mampu menjadi pemain utama produsen biodiesel dunia. Namun sayangnya pada 2022, konsumsi minyak sawit untuk biodiesel diperkirakan baru 17% dari produksi CPO, padahal Produksi Minyak Sawit RI Capai 45,12 Juta Ton pada 2022.
“Oleh karena itu, diharapkan ke depannya DMO CPO yang diperuntukkan khusus biodiesel terus ditingkatkan sesuai kebutuhan secara proporsional. Kami juga mengapresiasi kementerian ESDM yang berhasil menyabet penghargaan tertinggi di Kawasan Asia Tenggara pada ajang ASEAN Energy Awards (AEA) 2022”, tutup Sultan B Najamudin. (tjoek; foto humasdpdri)