Sinmeta-, Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto didampingi Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo meninjau pesawat interim Falcon 7X dan 8X TNI AU,di Lanud Halim Perdanakusuma,Jakarta Timur (28/12).
Pesawat ini merupakan bagian dari pembangunan kekuatan TNI melalui program-program pengadaan Alutsista yang canggih dan modern. Pada kesempatan ini Prabowo Subianto menjelaskan bahwa perkuatan atau tambahan untuk TNI AU dua pesawat Komando Pengendalian atau Pesawat Kodal yang diperuntukkan bagi unsur pimpinan yang diharapkan dapat dengan cepat bergerak, untuk melaksanakan fungsi kepemimpinannya,Markas Besar TNI dan Tiga Angkatan.
“Jadi pimpinan TNI dapat lebih memiliki kecepatan bergerak. Ini adalah pesawat dari Prancis, Dassault, 7X dan 8X Falcon nantinya kedua pesawat akan menjadi 8X yang terbaru”, kata Prabowo Subianto.
Bahwa Indonesia memerlukan TNI yang kuat sebagai negara besar negara. Indonesia sangat membutuhkan pertahanan udara yang sangat kuat sebagai negara kepulauan yang sangat luas, memiliki lautan dan daratan yang sangat luas. “Saya diberi tugas oleh Presiden RI untuk merencanakan dan membangun kekuatan TNI”, tegas Prabowo Subianto.
Dijelaskan pula oleh Prabowo Subianto bahwa di dunia pertahanan, ada sebuah peribahasa latin yaitu Si vis Pacem Para Bellum,yang berarti jika kita ingin damai maka kita harus bersiap untuk berperang. Terlebih lagi di masa sekarang ini, situasi dan kondisi sudah jauh berkembang pesat di segala bidang. Tak terkecuali perkembangan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun global yang terus bergerak dinamis dan kompleks.
Ini dapat memunculkan berbagai macam ancaman,baik militer,nonmiliter, maupun hibrida yang diprediksi masih akan mengancam kepentingan nasional kita di masa mendatang.
“Negara Indonesia harus menjadi negara yang kuat karena Indonesia adalah bangsa yang besar dan kaya. Untuk itu, TNI harus menjadi komponen utama yang kuat agar dapat menjaga kekayaan kita dengan cara menyiapkan pesawat-pesawat tempur canggih maupun Alutsista yang modern. Oleh karenanya,keberadaan pesawat Falcon 7X dan 8X yang ada dihadapan kita sekalian merupakan langkah nyata Kemhan dalam menyiapkan itu semua”, tegas Prabowo Subianto.
Ditambahkan oleh Prabowo Subianto, pesawat Falcon 7X dan 8X merupakan sebagian dari materiil kontrak pada pengadaan Interim Multi Role Combat Aircraft (MRCA), dalam hal ini pesawat tempur Rafale. Kontrak MRCA terdiri atas 6 pesawat tempur Rafale, dan pesawat VIP Falcon 8X dimana kontrak ini merupakan bagian awal dari kontrak pengadaan 36 pesawat Rafale lainnya yang saat ini masih dalam fase penyiapan anggaran.
Pesawat Falcon 7X dan 8X adalah upaya negosiasi Kemhan dengan Dassault Aviation, dimana selain mendapatkan pesawat tempur Rafale untuk TNI AU, namun juga mendapat tambahan pesawat angkut VIP. Pesawat Falcon 7X dan 8X memiliki keunggulan yaitu memiliki jangkauan tempuh yang jauh dan dapat landing dengan baik pada landasan pacu yang pendek.
“Saya berharap,kehadiran pesawat-pesawat tersebut,harus dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia sehingga pesawat ini dapat dioperasikan dengan baik”, ujar Prabowo Subianto.
Pengiriman pesawat Falcon 8X yang sesungguhnya akan dilakukan secara bertahap kurang lebih 1 (satu) tahun. Saat ini pesawat tersebut masih dalam proses produksi. Namun dengan adanya serah terima pesawat interim dalam kontrak pengadaan MRCA, kita sebagai user dapat menggunakan pesawat ini untuk keperluan operasi dan pelatihan baik pilot, mekanik dan kabin crew sehingga bila pesawat yang sebenarnya datang nantinya,TNI AU telah siap dan mampu menguasai pesawat ini dari aspek operasional dan pemeliharaannya. (sigit; foto humaskemhan)