Sinmeta-, Saat Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko berkumpul bersama anak-anak muda Purwokerto dari berbagai elemen, diantaranya entrepreneur, jurnalis, mahasiswa, pegiat sosial, dan lain sebagainya. Banyak persoalan yang disampaikannya antara lain soal tumpang tindih regulasi di tingkat pusat dan daerah, kemiskinan di wilayah Purwokerto dan sekitarnya, simpang siur Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang berdampak pada tidak adilnya pemberian bantuan, hingga soal perlindungan bagi pekerja informal. Dan Moeldoko pun setuju bahwa masih ada beberapa persoalan yang harus dibenahi.
Seperti diketahui, belum selesai hadapi Pandemi, Indonesia harus merespon perkembangan geopolitik global yang mengakibatkan krisis pangan dan energi yang mempengaruhi perekonomian dalam negeri. “Ketidakstabilan dunia ini menjadi PR bagi Indonesia untuk tetap menjaga kesejahteraan masyarakat”, ucap Moeldoko.
“Maka itu saya tantang kalian, anak muda visioner, untuk membantu negara ini membajak krisis. Ini adalah tantangan bagi setiap anak muda untuk mencari titik temu/solusi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045”, imbuh Moeldoko.
Kepala Staf Kepresidenan juga menyampaikan bahwa kebersamaan dan gotong-royong di masyarakat akan mendorong pemerintah dalam mengupayakan stabilitas ekonomi, politik, keamanan, dan implementasi program-program pembangunan SDM nasional. Rasa cinta tanah air harus diperkuat.
“Dan yang kritis terhadap pemerintah pun sebenarnya mencintai Indonesia, hanya perlu dijaga agar tidak anarkis yang nantinya malah merugikan masyarakat juga”, ucap Moeldoko menasehati.
Sementara itu, terkait isu kepemudaan, yakni salah satu isu prioritas yang mendapat perhatian besar dari Kantor Staf Presiden (KSP). “Perlu diketahui, KSP pun telah menggelar Sekolah Staf Presiden gelombang pertama yang menyaring talenta-talenta muda untuk mengikuti ladang inkubator kepemimpinan nasional”, papar Moeldoko. (tjoek; foto humasksp)