Sinmeta-, Menepi sejenak di Pekalongan jangan sampai ketinggalan untuk mencicipi kuliner khasnya yakni Pindang Tetel. Dari namanya mungkin anda akan mengira makanan ini terbuat dari bahan dasar pindang atau ikan. Namun jangan salah, justru pindang tetel ini terbuat dari daging sapi.
Sekilas Pindang Tetel hampir mirip rawon makanan khas Surabaya. Namun ketika dirasakan ada cita rasa yang berbeda walaupun sama-sama menggunakan kluwek sebagai salah satu campuran bumbunya.
Pindang Tetel sendiri hampir mudah ditemukan di beberapa titik di Pekalongan. Baik di Kabupaten ataupun Kota Pekalongan. Pindang Tetel sendiri biasanya disajikan dengan Kerupuk Pasir, orang Pekalongan lebih sering menyebutnya dengan Kerupuk Usek dengan warna putih atau merah jambu.
Pindang Tetel sendiri merupakan singkatan dari Paling enak Daging Tetel. Makanan yang berasal dari Desa Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan ini pun memang dibuat dari tetelan daging sapi. Namun dalam perkembangannya tak hanya tetelan saja yang disajikan, tetapi juga daging dan juga jeroan.
Biasanya pedagang Pindang Tetel tak hanya menjual Pindang Tetel saja. Tetapi ada pula menu lain atau kudapan pendamping Pindang Tetel selain Kerupuk Usek. Ada juga kluban, atau sejenis urap yang bisa dicampurkan dengan Pindang Tetel.
Sehingga sajian Pindang Tetel lebih sehat dan semakin segar. Selain Kluban biasanya pedagang juga menjual Bothok. Sejenis Lodeh Tahu yang kaya rasa. Makanan ini biasanya jadi menu pilihan lain bagi yang tidak ingin mengkonsumsi daging.
Selain itu yang tak kalah nikmat, jika menikmati Pindang Tetel ditemani Es Kolak Pisang untuk melepas dahaga. Meski mengandung santan, namun kesegaran Es Kolak Pisang ini mampu menjadi pasangan serasi untuk menemani makan Pindang Tetel.
Salah satu yang jadi favorit di Pekalongan adalah Pindang Tetel Mbak Isah Sapugarut Buaran. Mbak Isah sendiri sudah sekitar 30 tahun berjualan Pindang Tetel. Bahkan seiring dengan perkembangan zaman, Pindang Tetel juga sudah bisa diorder dengan pesanan makanan online. Seporsinya Mbak Isah menjual Pindang Tetel dengan harga Rp15 Ribu.
“Seharinya saya bisa menggunakan lebih dari lima kilogram daging. Sesuai selera sih kadang pembeli ada yang minta gajih banyak, ada juga yang minta tulangnya. Apalagi kalau pas ada sum-sumnya. Banyak yang nyari juga. Biasanya kalau di sini banyak yang disajikan dengan kluban. Biar tidak hanya penuh dengan kolesterol,” ungkap Mbak Isah. (von/kon)