Pemerintah Intensifkan Divesifikasi Sorgum Untuk Penguatan Ketahanan Pangan

Sinmeta-, Konflik Rusia dan Ukraina ternyata bersingggungan langsung dengan salah satu kebutuhan harian rakyat Indonesia. Pasalnya, sebagai salah satu negara importir gandum terbesar di dunia, Indonesia juga harus putar otak mencari makanan pengganti bahan untuk mie tersebut. Karena India sebagai negara pemasok terbesar kebutuhan bahan makanan, mulai menghentikan pengiriman ke manca negara demi mengamankan kebutuhan dalam negeri. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi terhadap dampak krisis akibat perang dua negara Eropa tersebut. Pasalnya, Rusia dan Ukraina adalah dua negara penghasil gandum utama dunia, yang mana Indonesia pun tidak bisa mendatangkan produk tersebut dari kedua negara itu.

Dengan segala kompleksitaas yang terjadi dan mengantisipasi kebutuhan yang terus meningkat di masa depan, pemerintah telah merancang peta jalan agar masalah ini bisa dikendalikan di masa depan. Caranya adalah dengan mempercepat program diversifikasi makanan sorgum sebagai pengganti gandum.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2021 impor tepung gandum Indonesia mencapai 31,34 ribu ton dengan nilai total US$11,81 juta. Dari jumlah tersebut, seberat 19,9 ribu ton diimpor dari India dengan nilai US$6,76 juta. Dengan demikian, 63,49% impor tepung gandum Indonesia berasal dari Negeri Bollywood.

Menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, pemerintah telah memulai proses percepatan diversifikasi tersebut dengan telah merealisasikan ketersediaan lahan seluas 4,355 hektar pada Juni 2022 ini yang tersebar di enam provinsi.

Produksi dari lahan yang ada itu diperkirakan akan sebesar 15. 243 ton atau setara dengan  produktivitas 3,63 ton/ha. Luasan tersebut akan dipersiapkan oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Lahan yang disediakan oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup itu masuk dalam road map 2024 yang menjadikan   Kabupaten Waingapu di Provinsi Nusa Tenggara Timur jadi daerah prioritas.

Lebih rinci terkait roadmap pengembangan sorgum hingga tahun 2024, sasaran luas tanam pada tahun 2023 seluas 30.000 ha yang tersebar di 17 provinsi dengan produksi sebesar 115.848 ton (asumsi provitas 4 ton/ha). Sementara itu, sasaran luas tanam pada tahun 2024 seluas 40.000 ha yang tersebar di 17 provinsi dengan produksi sebesar 154.464 ton (asumsi provitas 4 ton/ha).

“Kita ketahui bahwa sorgum relatif masih terbatas. Oleh karena itu, arahan Bapak Presiden adalah pilot project ini harus diintegrasikan juga dengan peternakan sapi dan juga tentunya dari batang pohon sorgum yang juga bisa dijadikan sebagai bioetanol,” kata Menko Airlangga di Jakarta, Kamis (4/8/20222).

Divesifikasi Sorgum Untuk Penguatan Ketahanan Pangan

“Selain itu, tentu kita harus mendorong kapasitas luasan lahan yang diperluas, kontinuitas produk, dan juga mendapatkan offtaker. Salah satu offtaker yang dipertimbangkan Pemerintah adalah industri pakan ternak dimana industri pakan ternak bahan bakunya 50% jagung dan 50% protein lain. Tentu protein lain ini salah satunya adalah sorgum yang juga bisa dijadikan untuk offtake pakan ternak”, jelas Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar tersebut.

Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Badan Riset dan Inovasi Nasional diharapkan dapat terus mengembangkan varietas sorgum. Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bertugas mempersiapkan kebutuhan air dalam bentuk irigasi ataupun embung di wilayah klaster pertama yang dicoba yakni di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Arahan Bapak Presiden, seluruhnya perlu dipersiapkan agar kita punya substitusi dan diversifikasi dari produk tersebut”, tutup Airlangga Hartarto. (wemfauz; foto bpmisetpres)

Bagikan berita ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post WIR Group – Batik Semar Kolaborasi Warisan Budaya Indonesia Dalam Metaverse
Next post TKN Pictures – Mutif Corp Besut Penggarapan Film Suntree