Sinmeta-, Untuk meningkatkan kinerja ekspor nasional gula palma menjadi salah satu komoditas unggulan yang sedang dipacu. Gula palma adalah jenis gula yang terbuat dari seratus persen nira pohon keluarga palma, seperti kelapa, aren atau enau, lontar, atau siwalan. Produk gula palma mayoritas dihasilkan oleh industri kecil dan menengah (IKM) di beberapa sentra IKM yang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Barat, demikian jelas Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita di Purbalingga (27/8).
IKM gula palma memiliki potensi untuk terus tumbuh karena permintaan ekspor gula palma organik yang tinggi dan potensi pasar dalam negeri yang sangat besar, terutama di sektor horeka dan pasar premium. Selain itu, IKM gula palma Indonesia terkenal memiliki produksi dengan bahan baku yang 100 persen lokal.
“Indonesia merupakan negara pengekspor utama gula palma di dunia. Berdasarkan data terakhir yang kami miliki, kinerja ekspor produk berbahan dasar nira kelapa atau gula aren atau gula siwalan mencapai 36,5 ribu ton dengan nilai sebesar USD49,3 juta pada tahun 2019, yang meningkat jadi 39,4 ribu ton dengan nilai USD63,5 juta di tahun 2020”, ungkap Reni Yanita.
Meski telah menembus pasar ekspor, IKM gula palma masih menghadapi sejumlah tantangan, antara lain mengenai bahan baku (terkait isu pencampuran gula rafinasi), penggunaan teknologi yang masih sederhana dan kurangnya penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) dalam produksi, serta yang terkait akses pasar seperti branding, pemanfaatan pasar digital, dan pemenuhan persyaratan standardisasi produk yang diminta oleh pasar ekspor.
“Dalam menjawab tantangan-tantangan tersebut dan untuk meningkatkan kapasitas IKM gula palma dalam melakukan ekspornya, Kemenperin melalui Ditjen IKMA akan melakukan berbagai program pembinaan”, tutur Reni Yanita.
Langkah yang bakal ditempuh,di antaranya penerapan sistem keamanan pangan dalam bentuk pendampingan dan sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP), program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan melalui potongan harga (reimburse) atas pembelian mesin dan/atau peralatan produksi baru, serta penerapan transformasi industri 4.0, terutama dalam hal efisiensi dan traceability.
Selain itu, pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan dan revitalisasi Sentra IKM, serta peningkatan pasar ekspor dalam bentuk pendampingan digital marketing melalui platform marketplace global, fasilitasi membership pada marketplace global dan partisipasi pada pameran berskala internasional.
“Tak hanya itu, Ditjen IKMA juga mendorong kemitraan antara IKM dengan stakeholder terkait dalam rangka mendorong perluasan pasar ekspor”, imbuh Reni Yanita.
Disamping itu, Kemenperin berupaya menggandeng Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) dalam rangka pengembangan IKM berorientasi ekspor. Sinergi yang dilakukan, antara lain melalui pendekatan pengembangan klaster komoditi ekspor berbasis pemberdayaan masyarakat atau komunitas, atau yang dikenal dengan Program Desa Devisa.
“Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas sebagai daerah yang telah lama dikenal sebagai penghasil gula palma Indonesia, menjadi pilot project kerja sama tersebut”, ujar Reni Yanita.
Ditjen IKMA dan LPEI, yang juga menjalin kerja sama dengan produsen keramik PT Arwana CitramuliaTbk, telah menyerahkan bantuan berupa keramik, biaya pemasangan keramik, serta wadah penyimpanan gula semut kepada empat kelompok atau koperasi IKM penghasil gula semut di Kabupaten Purbalingga dan Banyumas. “Kegiatan ini merupakan rangkaian program pembinaan bagi Desa Devisa Klaster Gula Semut di Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas, sehingga tercipta ekosistem yang produktif dalam meningkatkan ekspor IKM gula semut,” jelas Reni Yanita.
Dirjen IKMA menambahkan, Desa Devisa Klaster Gula Semut ini menjadi salah satu pilot project kolaborasi, dengan penerima manfaat sebanyak empat kelompok/koperasi, yaitu KUB Central Agro Lestari dan KUB Agro Berkah Mandiri dari Kabupaten Purbalingga, serta Koperasi Semedo Manise dan Koperasi Liga Sirem dari Kabupaten Banyumas.
Sementara itu, LPEI memberikan biaya pemasangan keramik untuk pembangunan dapur bersih kepada 60 petani dan kotak penyimpanan gula semut kepada 120 petani. Sedangkan, PT. Arwana Citramulia Tbk juga berkomitmen menyediakan 10.000 meter persegi keramik lantai bagi Sentra IKM pangan binaan Kemenperin, dengan 2.300 meter persegi keramik lantai diserahkan untuk pembuatan ruang produksi gula semut pada empat kelompok/koperasi anggota Desa Devisa Klaster Gula Semut.
“Adapun rinciannya, Koperasi Liga Sirem menerima 500 m2 keramik, serta Koperasi Semedo Manise, KUB Central Agro Lestari dan KUB Agro Berkah Mandiri masing-masing menerima 600 m2 keramik. “Dengan bantuan ini diharapkan dapat membantu keempat kelompok/koperasi peserta program dalam upaya memenuhi standar keamanan pangan CPPOB dan HACCP”, pungkas Reni Yanita. (ptb; foto humaskemenperin)