Sinmeta-, “Jakarta baik untuk kita, kebaikan kita untuk Jakarta !” menandai putaran ke-5 Pajang Karya KamiSketsa GalNas, dihelat 4 – 28 Agustus 2022 di Bilik KamiSketsa Galeri Nasional Indonesia, dikuratori Zamrud Setya Negara dan Alam Wisesha, karya-karya yang dipamerkan milik pegiat sketsa sekaligus anggota KamiSketsa GalNas, Budiman dan Heru Agus. Pertemuan antara kedua karya pegiat sketsa ini membawa kita pada narasi tentang Jakarta sebagai tempat pertemuan sekaligus langkah awal, dari “tamu-tamu” Jakarta yang mampu memberikan dan memiliki kebermanfataan, pengaruh, dan tingkah laku yang baik terhadap Jakarta.

Ada 15 karya sketsa yang akan dipamerkan, ditambah dengan satu objek tiga dimensional berbentuk figur penari, serta topeng-topeng yang akan merespons dinding outdoor yang berisikan sketsa wajah-wajah pelaku KamiSketsa GalNas. Karya-karya Budiman menampilkan karya sketsa dengan kekuatan teknik pure black and white, menggunakan eksplorasi layer yang sangat optimal.

Sementara pada karya-karya Heru Agus yang dibuat menggunakan ranting sebagai pengganti kuas, menyuguhkan kepiawaian teknik blocking warna pada bidang gambar serta cropping bentangan sketsa yang menyoroti dominasi objek sketsa yang dibuatnya.

“Pesona Jakarta yang tak ada habisnya, dibuktikan melalui tangan Budiman dan Agus Heru, yang bisa memunculkan pesona Jakarta dalam ‘cahaya dan warna’ yang berbeda”, kata Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto.

Lebih lanjut Pustanto juga mengharapkan karya-karya dalam Pajang Karya kali ini dapat membuat publik semakin terbuka dengan beragam jenis teknik, yang mampu mendorong publik mulai menekuni sketsa hingga bisa menjadi bagian dari penggiat sketsa di Indonesia.

Pajang Karya KamiSketsa GalNas: “Jelajah Jakarta Lewat Tinta”

Pajang Karya KamiSketsa GalNas: “Jelajah Jakarta Lewat Tinta” juga dilengkapi dengan program publik berupa Workshop “Merdeka Lewat Tinta” yang akan diselenggarakan pada Kamis, 18 Agustus 2022 pukul 10.00 WIB di Ruang Workshop (Gedung D).

Peserta workshop akan dipandu oleh Budiman dan Heru Agus untuk belajar membuat sketsa bangunan-bangunan yang berkaitan dengan kemerdekaan (Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi), dengan menggunakan media tinta cina dan ranting. Untuk mengikuti workshop ini, peserta bisa melakukan registrasi terlebih dulu melalui tautan link https://linktr.ee/galnas .

Bagi Budiman dan Heru Agus, Jelajah Jakarta memiliki makna perjalanan mengelilingi Jakarta, menanggapi setiap peristiwa yang terjadi, mengungkap interaksi masyarakat dengan aktivitas sosial ekonominya, hingga bangunan-bangunan yang menarik mata.

Sekaligus momen yang pas untuk merekam kembali tempat dan bangunan penting (ikonis) yang bersejarah di Jakarta yang tampak saat ini. Visual yang diambil mempertimbangkan perspektif pilihan mereka yang ditransfer ke bidang gambar.

Mereka memerankan salah satu fungsi sketsa dengan apik yaitu rekam visual jelajah yang selanjutnya dipresentasikan sebagai karya untuk diapresiasi publik. Heru Agus dan Budiman mengambil sisi Jakarta melalui potret tempat, destinasi, serta bangunan-bangunan pilihan yang dituangkan ke dalam sketsa dalam teknik yang berbeda.

Heru Agus memberikan sajian karya sketsa yang proses pembuatannya  menggunakan ranting sebagai pengganti kuas dalam proses menggores sketsanya yang selanjutnya ditambahkan proses colouring sebagai kepiawaian teknik yang dilakukan. Kekuatan melakukan blocking warna pada bidang gambar serta cropping bentangan objek sketsa menjadi teknik yang menarik sehingga mampu memberikan  tekanan kuat dan dominasi objek sketsa yang ditampilkannya.

Pajang Karya KamiSketsa GalNas: “Jelajah Jakarta Lewat Tinta”

Sementara Budiman menyajikan karya sketsa-sketsanya dengan kekuatan teknik pure black and white, mengeksplorasi pola layer tumpang tindih goresan kuas dan optimalisasi teknik cat air yang sangat bagus pada bidang gambar.

Pertemuan karya di ruang Pajang Karya antara Budiman dan Heru Agus membawa kita pada narasi bahwa Jakarta merupakan “tuan rumah”, tempat bertemu, langkah awal, dan filosofi pentingnya bahwa setiap “tamu Jakarta” harus memberikan dan memiliki kebermanfaatan, pengaruh, dan tingkah laku yang baik terhadap Jakarta sebagai lingkungan sosial.

Seperti yang disampaikan pada karya Budiman dengan judul “Palang Pintu”, sketsa tinta cina yang ditorehkan di atas kanvas berukuran 100 x 280 cm tersebut yang menampilkan tradisi pernikahan masyarakat Betawi. Ia menyampaikan pesan penting dan filosofi tradisi tersebut.

Dalam hal ini proses penjelajahan Jakarta bermakna bahwa untuk meminang hati “Jakarta”, harus melalui berbagai usaha dan kerja keras, mampu menaklukkan segala rintangan di “Jakarta” yang salah satunya adalah memerankan kita sebagai manusia yang bermanfaat baik bagi semua. (tjoek; foto humasgalnas)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *