6th ‘Docs by the Sea 2022’ Libatkan 90 Pelaku Industri, 29 Negara, 18 Negara Asia, 113 Proyek Film, 5 Dari Indonesia

Sinmeta-, Untuk ke-6 kalinya In-Docs kembali menyelenggarakan Forum pendanaan dan lokakarya Docs by the Sea 2022 bagi proyek dokumenter kreatif se-Asia Tenggara. Khusus tahun ini, lingkup pendaftaran Docs by the Sea 2022 diperluas hingga ke seluruh Asia. 6th ‘Docs by the Sea 2022’ melibatkan 90 Pelaku Industri, 29 Negara, 18  disntaranya Negara Asia, 113 Proyek Film dan 5 Film dari Indonesia.

Melalui forum pitching yang digelar secara hybrid (online dan offline) mulai (22/8), para pembuat film dokumenter terpilih mempresentasikan proyek mereka (pitching) di hadapan lebih dari 90 pelaku industri mancanegara, yang terdiri dari kurator, produser, komisioner, serta manajer program festival yang berasal dari 29 negara di  Asia, Eropa, Amerika, dan Australia.

Dan di sesi pitching terdapat 5 proyek film dari Indonesia yang akan berupaya mengamankan peluang Pendanaan, Distribusi, serta Kolaborasi Internasional bagi proyek film dokumenter mereka. Puncaknya, para filmmaker Indonesia ini akan bersanding dengan 18 proyek film lain dari berbagai negara se-Asia untuk meraih penghargaan pada malam Penganugerahan (26/8).

Untuk mempersiapkan sesi pitching, sejak Juli 2022 lalu para filmmaker dari 25 proyek film dokumenter yang lolos seleksi telah mengikuti rangkaian lokakarya intensif dengan mentor-mentor internasional. Dengan kehadiran lebih dari 90 pelaku industri dokumenter mancanegara, Docs by the Sea 2022 menjadi platform terdepan bagi filmmaker baru di Asia untuk meluncurkan proyek mereka dan meraih peluang untuk berpartisipasi dalam sejumlah forum dokumenter internasional bergengsi.

Sejumlah negara baru yang menorehkan partisipasi perdananya di Docs by the Sea antara lain adalah Korea Selatan, Taiwan, Jepang, Hong Kong, India, dan Bangladesh. Partisipasi pendaftaran ini meningkat dari tahun sebelumnya, yang mencakup 83 proyek film.

Docs by the Sea 2022 diperluas hingga ke seluruh Asia

Kesuksesan penyelenggaraan Docs by the Sea 2022 di level yang baru ini pun dapat terwujud berkat dukungan penyelenggaraan dari Docmonde dan Forum Film Dokumenter (FFD), pendanaan dari Franco-German Cultural Fund, serta dukungan dari Goethe Institut Indonesia dan Institut Français Indonesia.

“​​Meskipun situasi dunia kini semakin menantang, komunitas dokumenter justru menunjukkan kekuatannya dengan bertumbuh semakin pesat”, ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, saat membuka rangkaian forum Docs by the Sea 2022 (22/8) malam.

Pandemi Covid-19 telah secara signifikan mempengaruhi industri film, dan menuntut pihak-pihak yang terlibat agar kreatif dalam mencari cara untuk bertahan. Namun kondisi ini jelas tidak menghentikan semangat dari para pembuat film dokumenter.

Keberhasilan Docs by the Sea (DBTS) dalam menjembatani pembuat film dokumenter kreatif dengan berbagai peluang industri terlihat dari kiprah proyek-proyek film alumni DBTS di sejumlah forum internasional pada 5 tahun terakhir.

Misalnya saja, baru-baru ini proyek film My Sister Umi Aci (Indonesia), Mountain of Ashes (Thailand), serta The Bamboo Family (Myanmar), berhasil meraih penghargaan di Asiadoc 2021; demikian pula I am Walking (Thailand/Filipina/Malaysia/Singapura) berhasil mengakses DOK Co-Pro Market 2021 yang diselenggarakan oleh DOK Leipzig.

Adapun para pelaku industri yang berpartisipasi tahun ini turut hadir mewakili berbagai festival dan institusi kenamaan; seperti misalnya Cannes Docs (Perancis), Cinéma du Réel (Perancis), DW – Deutsche Welle (Jerman), DMZ Docs (Korea Selatan), IDFA (Belanda), NHK (Jepang), POV PBS (Amerika Serikat), Singapore International Film Festival, CPH:DOX Copenhagen (Denmark), Sundance Film Festival (Amerika Serikat), and Vision du Réel (Swiss).

Melihat perkembangan Docs by the Sea di tahun keenam ini, direktur Eksekutif In-Docs Gugi Gumilang menyatakan, “Kami sangat senang melihat antusiasme para filmmaker melalui tingginya jumlah pendaftaran tahun ini. Ini adalah bukti bahwa pembuat film dokumenter di seluruh Asia bersemangat tinggi untuk membuat cerita yang unik, terlepas dari batasan-batasan yang ada saat ini.”

Sebagai catatan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) memiliki visi menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata kelas dunia. Di bidang ekonomi kreatif, sektor yang disebut menjadi tulang punggung negara, Kemenparekraf memiliki tugas untuk mensinergikan kerja sama antara para inventor dengan investor. Kemenparekraf juga memperkuat kemampuan industri kreatif untuk bersaing dengan produk-produk ekonomi kreatif impor, serta mempromosikan berbagai jenis produk ekonomi kreatif Indonesia, sehingga mampu mendorong tumbuhnya pelaku ekonomi kreatif lainnya yang dapat mendukung ekonomi regional dan nasional.

Docs by the Sea 2022 diperluas hingga ke seluruh Asia

Sedangjan In-Docs, sebuah institusi nirlaba yang berkomitmen untuk menumbuhkan budaya keterbukaan menggunakan film dokumenter. Sejak tahun 2002, In-Docs telah mengadakan lokakarya di 13 kota di Indonesia, menemukan bakat dan memproduksi film dokumenter dari tempat yang tidak biasa, dengan kualitas yang diakui secara luas di dunia perfilman Indonesia maupun luar negeri.

In-Docs juga pernah melakukan pemutaran film dokumenter di lebih dari 30 kota di Indonesia. Sejak tahun 2015, In-Docs berfokus pada pembangunan infrastruktur dokumenter di Indonesia. Melalui banyak platform dan programnya, In-Docs menghubungkan film dokumenter Indonesia dengan industri internasional serta mitra strategis yang dapat memperluas jangkauan dan dampak film.

Berikut proyek-proyek film yang berpartisipasi di Lab dan Forum Docs by the Sea 2022 berkesempatan memenangkan delapan hadiah, antara lain :

Docs by the Sea Pitch Award (In-Docs); Uang tunai sebesar IDR 75.000.000 untuk dua (2) proyek dari Indonesia.

DOK Leipzig Industry Accelerator Prize;

Undangan kepada satu (1) atau beberapa partisipan forum untuk mengikuti DOK Co-Pro Market, dibebaskan dari biaya pendaftaran sebesar EUR 375 dan disediakan akomodasi untuk tim selama 3 hari;

Lyfta Award;

Hibah pengembangan film sebesar EUR 5.000, dan pelatihan 360° bagi setidaknya satu (1) peserta forum. Dalam pelatihan, peserta membuat film dokumenter berbasis karakter berdurasi 3-8 menit dengan alur cerita yang kuat dan karakter sentral yang menarik. Filmmaker akan menerima dukungan dari tim konten internal, yang terdiri dari para ahli dalam pembuatan film dokumenter, multimedia, serta antropologi, pedagogi, dan produksi dokumenter interaktif.

DMZ Docs Award;

Uang tunai sebesar USD 2.000 untuk satu (1) partisipan forum.

Current Time TV;

Uang tunai sebesar EUR 3.000 untuk satu (1) partisipan forum.

Taskovski Film Training;

Undangan pelatihan film untuk satu (1) proyek.

Al Jazeera Prize;

Uang tunai sebesar USD 3.000 untuk satu (1) proyek.

EST Award; Uang tunai sebesar USD 3,000 untuk satu (1) proyek film dengan durasi di bawah 20 menit yang tengah berada di tahap produksi manapun; dengan penceritaan berbasis karakter utama berlatar belakang Asia, melibatkan tim produksi asal Asia, produser Asia, dan/atau sutradara Asia. Topik yang menjadi fokus adalah seputar hak asasi manusia, human interest, serta subkultur/minoritas.

Adapun 25 Proyek Film Terpilih mengikuti program Docs by the Sea 2022;

Storytelling Lab :

Behind an Open Veil | Indonesia

Erasing People | Vietnam

How to Stop Firecrackers from Burning | Malaysia, Filipina

In the Light of Darkness | India

Living Across the Blue Roof | Korea Selatan

Night After Night, Day After Day | Singapore

Sandan Love Garden | Indonesia

She Will Find the Sky | Indonesia

The Art of Detaching One’s Memory | Filipina

The Fortune Teller | Indonesia

Untitled Hong Kong Project | Hong Kong, Inggris, Amerika

Untitled Project | Myanmar, Prancis

Editing Lab :

A Painful Voyage to a Painful Past | Indonesia

Breaking the Cycle | Thailand

Catching Them Young | India, Jerman

Close to the Bone | Jepang, Taiwan

Island of the Winds | Taiwan, Jepang

The Underside | Indonesia

Creative Producing Lab :

Riani Singgih (Produser)

Cik San | Indonesia

Stelle Laguda (Produser)

Isagani | Filipina

Nontawat Numbenchapol (Produser)

Nurturing Lives in the Forest | Thailand

Abu Shahed Emon (Produser)

Our Daughters | Bangladesh

Sammaria Simanjuntak (Produser)

She Will Find the Sky | Indonesia

Lin Sun Oo (Produser)

The Birdwatchers | Myanmar, Singapura

Anonymous (Produser)

Untitled Project | India, Romania

Lee Choi Kin (Produser)

When the River Flows | Malaysia

Sedangkan Mentor Docs by the Sea 2022 yaitu ;

Storytelling Lab :

Tan Pin Pin | Sutradara, Produser | Singapura

Laurent Bécue-Renard | Sutradara, Produser | Prancis

Jane Mote | Konsultan Editor The Whickers | Inggris

Stefano Centini | Produser Volos Films Ltd. | Italia, Taiwan

Editing Lab :

Ernest Hariyanto | Produser, Editor | Indonesia

Yaël Bitton | Editor, Konsultan | Prancis

Sebastian Winkels | Sutradara, Editor | Jerman

Creative Producing Lab :

Mikael Opstrup | Konsultan Dokumenter | Denmark

Gary Byungseok Kam | Produser | Korea Selatan

(tjoek/ icca; foto humasforumdbts)

Bagikan berita ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Indonesia, Argentina, Brasil, India, Afrika Selatan Inisiatif Perkuat Pusat Manufaktur Dan Bangun Pusat Penelitian Kolaboratif
Next post Tinjau Progres Renovasi Taman Mini Indonesia Indah