Sinmeta-, Radikalisme dan terorisme kini kerap ditanamkan sejak dini kepada anak-anak baik di lingkungan sekolah, pertemanan maupun keluarga. Proses radikalisasi di usia dini sengaja dilakukan karena anak memiliki daya reseptif yang kuat dalam menerima berbagai hal baru. Sehingga diperlukan desain perlindungan yang massif bagi anak guna terhindar dari virus intoleransi, radikalisme dan terorisme.

Hal serupa turut dikatakan Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, menurutnya desain perlindungan yang terbaik bagi anak dari virus tersebut adalah dengan menanamkan nilai-nilai toleransi dan keberagaman sejak dini kepada anak.

Perlunya Desain Perlindungan Anak Dari Virus Intoleransi, Radikalisme Dan Terorisme

“Dengan menanamkan pada anak-anak bahwa setiap anak itu berbeda, unik, otentik dan tak terbandingkan. Sehingga anak-anak itu dari kecil belajar dan diajarkan untuk saling menghargai perbedaan”, ucap Seto Mulyadi.

Dirinya melanjutkan, dengan cara demikian maka setelah dewasa, anak tidak akan memaksakan kehendaknya atau keinginannya sendiri, tapi dia nantinya akan bisa menghargai pandangan dan perbedaan-perbedaan yang ada di tengah-tengah masyarakat.

“Karena manakala virus radikalisme dan intoleransi ini ditanamkan pada anak sejak usia dini, maka mereka akan menerima pandangan-padangan yang keliru mengenai persatuan bangsa, tentunya hal ini sangat berbahaya sekali”, kata pria yang akrab disapa Kak Seto ini.

Pasalnya pria yang juga seorang Psikolog Anak ini menilai, hal tersebut akan berakibat fatal tatkala menyerang anak-anak muda yang nantinya menjadi penerus perjuangan dan pembangunan di negeri ini.

Terlebih, kelompok radikal dewasa ini kerap menarget anak-anak sebagai kelompok yang mudah dipengaruhi, “Karena para radikalis itu memang menuju ke anak-anak. Dimana anak-anak ini sangat mudah untuk dipengaruhi, dibohongi, diputarbalikkan dan sebagainya yang seolah-olah sebagai suatu yang penuh dengan kasih saying”, jelas Kak Seto.

Perlunya Desain Perlindungan Anak Dari Virus Intoleransi, Radikalisme Dan Terorisme

Dirinya juga mengkritisi fakta bahwa radikalisme pada anak justru datang dari dunia Pendidikan, baik informal maupun formal pada sekolah-sekolah yang didesain khusus untuk kaderisasi kelompok yang menginginkan ideologi selain Pancasila.

“Baik itu pendidikan informal dalam keluarga, pendidikan non-formal mungkin yang mungkin dapat terjadi didalam pertemuan-pertemuan seperti RT/RW dan sebagainya. Tentunya ini yang harus diwaspadai dalam memilih sekolah atau Lembaga Pendidikan agar para orang tua tidak salah pilih dalam menyekolahkan anak-anak kita”, papar Kak Seto. (ahmad fairozi/ harakatuna)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *