Sinmeta.co.id, Jakarta – Direktur Lembaga Riset dan Penelitian Indonesia (RISPENINDO), George Kuahaty, mengatakan, daripada meributkan wacana pemilu ditunda, lebih baik fokus memperbaiki tata cara pilpres.
George menilai, isu mundurnya pemilu sudah menjadi masalah serius pada tingkat elite partai. Sementara pada zona akar rumput, responsnya hanya bersifat parsial.
“Presiden Jokowi dengan jelas menolak penambahan waktu jabatan yang tidak sesuai dengan konstitusi. Hal yang sama disampaikan oleh PDIP. Wacana ini juga tidak mendapat sambutan dari partai-partai lainnya. Karena isu ini mulai mendapat resistensi, yang keluar adalah ide perbaikan tata cara pilpres,” kata George dalam keterangan resmi.
Menurut dia, usulan dan kritikan atas wacana mundurnya pilpres, tone-nya bisa saja berbalik positif ketika itu dilihat dari sisi manfaat.
“Seperti Yusril Ihza Mahendra yang mengusulkan untuk menyelenggarakan pilpres seperti Filipina. Filipina telah menggunakan handphone ketika memilih presiden. Inilah sisi baiknya kritik,” ungkap George.
Ia mengatakan, kita sebaiknya menunggu kritik dan ide yang membangun, terutama untuk perbaikan dan kemajuan tata cara pilpres.
“Wacana boleh saja, tapi sebaiknya membawa pada kebaikan bersama, bukan menimbulkan masalah baru. Bukankah politik itu akan berujung pada konflik dan rekonsiliasi kepentingan. Ini seperti mata uang dengan sisi yang berbeda, namun dalam satu kesatuan.”
George lebih setuju untuk mengedepankan politik elegan. “Silahkan berwacana, namun tetap dalam koridor sistem dan aturan yang disepakati bersama. Kembali pada musyawarah untuk mencapai mufakat,” pungkasnya.
George Kuahaty, Direktur Lembaga Riset dan Penelitian Indonesia (Rispenindo)