Sinmeta-, Program Blue Halo S Indonesia akan sangat menguntungkan Indonesia karena merupakan salah satu negara yang menggunakan kebijakan penangkapan ikan yang terukur dan berkelanjutan berdasarkan kuota penangkapan dan menghasilkan ekonomi baru dari karbon biru yang akan mendukung sektor laut.
Perlu diketahui, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan hadiri Blue Halo S Launch and Signing of Blue Halo S with Green Climate Fund (13/11). Blue Halo S Indonesia adalah pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif untuk mengelola konservasi sumber daya alam kelautan dan perikanan, termasuk di dalamnya lingkaran ekologi dan ekonomi antara produksi dan perlindungan laut.
Fokus Blue Halo S Indonesia akan melindungi sumber daya dan ekosistem, menghasilkan karbon biru, mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim, mendukung kemajuan ilmu kritis, memberdayakan masyarakat lokal, mendorong investasi di perikanan tangkap serta menciptakan pasar yang lebih besar untuk produk perikanan.
Diapit dua samudra, Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi oleh total 6,4 juta kilometer persegi wilayah laut. Dengan itu, kita memiliki potensi ekonomi USD 1,33 triliun, dengan 7 potensi sumber daya alam senilai USD 0,8 triliun (kontribusi 60%) dari bidang kelautan dan perikanan, ungkapnya.
Indonesia merupakan penyumbang USD 33 miliar, atau 2,77% dari PDB, 3,3% ekspor global, dan pendapatan ekspor sebesar USD 5,7 juta. Potensi sumber daya ikan kita 12,01 juta ton, dengan lebih dari 590 spesies karang mewakili sekitar 75% spesies karang dunia, 13 jenis padang lamun yang tersebar sepanjang 30.000 km, dan 41 spesies mangrove menempati sekitar 3,2 juta hektar.
“Saya menekankan pentingnya momen ini untuk menghasilkan inovasi kerjasama pembiayaan multilateral melalui blended finance kebijakan strategis ekonomi biru yang konkrit”, tutur Luhut B Pandjaitan. Lebih lanjut Menko Marves menyampaikan komitmen Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat blended finance global.
“Salah satunya dengan mendorong pembiayaan multilateral dan investasi ekonomi biru untuk pertumbuhan ekonomi secara cepat dan tegas, serta perlindungan dan pemulihan sumber daya alam laut. Kita semua di sini harus menjadi pelopor blended finance dengan platform ekonomi biru global yang dimulai di Indonesia, dan sekarang waktu untuk memulainya,” jelas Luhut B Panjaitan. (tama; foto humaskemenmarves)