SINMETA.CO.ID, Columbia – Tupperware Brands Corp mengajukan bangkrut setelah perusahaan kotak makanan warna-warni tersebut mangalami penurunan penjualan. Brand asal Amerika Serikat (AS) itu mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 pada Selasa (17/9/2024). Tak hanya itu, beberapa anak perusahaan yang masuk dalam Tupperware Brands Corp juga masuk dalam perlindungan kebangkrutan tersebut.
Perjalanan bisnis Tupperware terseok-seok dalam beberapa tahun terakhir sebelum pandemi. Namun, perusahaan sempat bangkit karena pandemi Covid-19, ketika sebagian orang memutuskan untuk tinggal di rumah dan mendorong akan permintaan wadah plastik kedap udara.
CEO Tupperware Brands Corp Laurie Ann Goldman mengatakan, Tupperware berencana untuk mengajukan perlindungan kebangkrutan setelah melanggar ketentuan utang dan meminta bantuan penasihat hukum dan keuangan.
“Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan telah sangat terpengaruh oleh lingkungan ekonomi makro yang menantang,” ucapnya dikutip dari keterangan resmi, Rabu (18/9/2024).
Berdasarkan pengajuan kebangkrutan di Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware, Tupparware mencatatkan aset senilai US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar dan liabilitas senilai US$ 1 miliar hingga US$ 10 miliar.
Tupperware terus berupaya membalikkan keadaan bisnis selama sekitar empat tahun terakhir, setelah melaporkan penurunan penjualan selama enam kuartal berturut-turut, sejak kuartal III 2021. Penurunan itu terjadi karena inflasi yang tinggi, sehingga terus melemahkan konsumen yang berpenghasilan rendah dan kelas menengah.
Pada 2023, Tupperware menyelesaikan perjanjian dengan pemberi pinjaman untuk restrukturisasi kewajiban utang dan menandatangani bank investasi Moelis & Co untuk membantu eksplorasi alternatif strategis.
Tupperware juga menutup satu-satunya pabrik di AS pada 2024, yang berlokasi Carolina Selatan. Penutupan ini mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 148 orang.
Merek Tupparware yang berdiri sejak 1946 atau telah berusia 78 tahun ini telah menjadi brand di rumah tangga dunia. Namun, brand tersebut kini kurang populer di kalangan konsumen muda. Hal itu menjadi salah satu yang menyebabkan penurunan permintaan akan kotak makanan legendaris tersebut.