SINMETA.CO.ID, Jakarta – Harga minyak dunia menguat pada perdagangan Kamis (11/7/2024), dengan patokan Brent yang berada di level US$ 85 per barel. Hal ini terjadi karena harapan akan penurunan suku bunga AS menguat setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) alami perlambatan.
Mengutip Reuters, Jumat (12/7/2024), harga minyak mentah Brent naik 32 sen atau 0,4%, menjadi US$ 85,40 per barel. Kemudian, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WIT) AS naik 52 sen atau 0,6% menjadi US$ 82,62 per barel.
Data indeks harga konsumen AS turun pada Juni, sehingga memicu harapan bahwa The Federal Reserve atau The Fed akan segera memangkas suku bunga. Setelah data tersebut rilis, pada Kamis (11/7/2024), para pedagang memiliki keyakinan sebesar 89% akan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada September. Angka keyakinan itu naik dari yang sebelumnya, sebesar 73% pada Rabu (10/7/2024).
Ketua The Fed Jerome Powell mengakui tren perbaikan tekanan harga akhir-akhir ini, tetapi mengatakan kepada anggota parlemen bahwa diperlukan lebih banyak data untuk memperkuat kasus penurunan suku bunga.
Data tersebut menurunkan indeks dolar AS dan hal itu akan mendukung harga minyak. Dolar AS yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan minyak berdenominasi dolar dari pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Harga minyak juga naik pada Rabu lalu, yang mengakhiri penurunan tiga hari berturut-turut setelah data AS menunjukkan penurunan stok minyak mentah di pasar minyak utama dunia. Hal ini terjadi seiring dengan menurunnya persediaan dan permintaan kuat untuk bensin dan bahan bakar jet.
Harga minyak mentah AS bulan depan, mencatat premi tertingginya terhadap kontrak bulan berikutnya sejak April. Kemauan pelaku pasar untuk membayar premi untuk tanggal pengiriman lebih awal, merupakan struktur yang dikenal sebagai backwardation dan merupakan tanda pasokan yang ketat.
Beberapa pihak masih percaya bahwa prospek permintaan minyak masih lemah. Dalam laporan bulanan pasar minyak, Badan Energi Internasional (IEA) melihat pertumbuhan permintaan global melambat menjadi di bawah satu juta barel per hari tahun ini dan tahun depan, yang mencerminkan kontraksi konsumsi di Tiongkok.
Namun, kelompok produsen OPEC dalam laporan bulanan pada Rabu, mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan dunia tidak berubah, yakni sebesar 2,25 juta barel per hari pada 2024 dan 1,85 juta barel per hari pada 2025.