Kepemimpinan Nasional Dan Kehendak Rakyat Untuk Perubahan Pandangan Milenial terhadap Peluncuran Buku Berani Memimpin oleh Jenderal TNI (Purn). Dr. Dr. (H.C) Moeldoko.

Jakarta, Simeta.co.id – Jenderal TNI (Purn). Dr. Dr. (H.C) Moeldoko akan meluncurkan buku terbarunya mengenai Berani Memimpin yang akan diselenggarakan pada hari Kamis, 10 November 2022 di Jakarta Convention Center. Peluncuran buku ini adalah salah satu untuk bisa memotivasi bagi para kaum milenial untuk membangun karakter leadership yang kuat dalam membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, mampu memahami pengetahuan dan teknologi guna bersaing secara global.

Perubahan zaman akibat globalisasi menjadikan pergeseran dan perubahan tata nilai, sikap, dan perilaku dalam aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga membutuhkan pemimpin sebagai penggerak dan motivator seluruh komponen untuk menjalani kehidupan nasional. Disinilah kepemimpinan nasional dibutuhkan untuk menuju tercapainya tujuan nasional.

Tujuan nasional yang tercantum dalam UUD 1945 antara lain melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kepemimpinan nasional menjadi salah satu faktor strategis dan menentukan dalam proses pembangunan nasional serta penyelesaian masalah bangsa yang meliputi kepemimpinan eksekutif, legislatif, dan judikatif pada level pusat dan daerah.

Skenario suksesi kepemimpinan nasional secara damai pada tahun 1998 juga di kemudian hari menjadi inspirasi lahirnya Pasal 9 ayat (2) UUDNRI 1945 yang mengatur bahwa “Jika MPR atau DPR tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung”.

Reformasi pada dasarnya merupakan suatu gerakan moral dan kultural (moral and cultural movements) untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip negara hukum menurut UUDNRI Tahun 1945 dengan menempatkan hukum sebagai sesuatu yang supreme dalam kehidupan bersama sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUDNRI Tahun 1945 bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.

Momentum suksesi kepemimpinan nasional 1998 memberikan pelajaran bahwa alasan dan prosedur suksesi kepemimpinan menjadi sangat penting guna menjaga stabilitas nasional. Terwujudnya  peradilan satu atap (one roof system) juga merupakan salah satu perkembangan ketatanegaraan yang sangat signifikan dalam mewujudkan supremasi hukum di Indonesia, karena terbukti selama lebih dari 3 (tiga) dasawarsa hal ini belum sempat diwujudkan oleh para penguasa dan ahli hukum pada masa sebelumnya.

Hukum berperan penting dalam mendorong terjadinya perubahan sosial dengan berbagai cara, karena hukum dapat membentuk institusi sosial yang akan membawa pengaruh langsung pada tingkat atau karakter perubahan sosial. Perubahan memiliki aspek yang luas, termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan nilai, norma, tingkah laku, organisasi sosial, lapisan sosial, kekuasaan, wewenang dan interaksi sosial.

Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah, melalui pelaksanaan tugas yang tepat dan warga negara sipil memilih wakil-wakil mereka secara teratur melalui pemilu yang bebas dan adil dengan hak pilih yang universal dan sama, terbuka untuk semua pihak, dilakukan secara rahasia, dipantau oleh otoritas pemilu yang independen, dan bebas dari penipuan dan intimidasi. Misalnya :

  • Hak setiap orang untuk mendapatkan akses yang sama ke layanan publik dan untuk mengambil bagian dalam urusan publik secara langsung atau melalui wakil-wakil yang dipilih dengan bebas.
  • Hak setiap orang atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau lainnya, asal nasional atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya.
  • Hak setiap orang atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, termasuk bertukar dan menerima ide dan informasi melalui media apapun tanpa batas.
  • Hak setiap orang atas kebebasan berpikir, hati nurani, dan agama.
  • Hak setiap orang untuk mendapatkan akses yang sama atas pendidikan. Dll

 

Menurut George N Kuahaty, Direktur Lembaga Riset dan Penelitian Indonesia (RISPERINDO), bahwa “berani memimpin artinya bisa menerima dan menampung kritikan maupun usulan untuk menuju sesuatu yang lebih baik.  Seorang pemimpin itu paling penting adalah kebijaksanaanya dalam melaksanakan tugas dan kebijakan peraturan-peraturan. Hal ini tentu akan membentuk suatu keunggulan daya saing SDM Indonesia yang akan berpengaruh langsung terhadap keunggulan di bidang sosial, budaya, pendidikan, politik, ekonomi, teknologi, dan industri.” Kamis, (10/11/2022).

Indonesia memiliki masyarakat yang mayoritas rakyat di isi oleh kalangan pemuda atau usia produktif. Sampai 68%, data ini tentunya membuktikan bahwa masa depan Indoneisa terletak pada tangan pemuda dimana pemuda adalah “asset” negara yang akan menentukan nasib bangsa kedepan. Tetapi saat ini terlalu banyak yang tidak menyadari tujuan mereka, atau tidak dapat berkontribusi untuk komunitas mereka. Jutaan orang terkena dampak kemiskinan dan kekerasan, menjalani hidup mereka dalam ketakutan. Terlalu banyak yang merasa tidak punya suara.

Menurut pemerhati milenial Indiska Handiana Mughni, S.Ikom., M.Ikom, mengatakan bahwa generasi muda global dan lokal, memiliki inovatif, mereka bekerja, dan memiliki kekuatan. Keahlian, sumber daya ini  mari kita buat bersama dengan memperbaiki, dan meningkatkan skala. I dont need to find my voice, I have a voice. I just need to be heard. And we won’t stop searching for new ideas. We need investment. We need action. We need change. Generasi muda masih memiliki dan mampu mewujudkan harapan tersebut, karena merekalah pemimpin masa depan.Gerakan perubahan yang dilakukan tidak hanya di jalur politik, tapi juga di bidang sosial dan ekonomi, agar kontribusi generasi muda terhadap pembangunan Indonesia semakin nyata dan kian besar.

“Seorang pemimpin harus lebih memperhatikan daripada diperhatikan. Lebih melayani daripada dilayani, dan dapat mengayomi kaum milenial yang mempunyai karakter serta pemikiran yang sangat kompleks.” tambah ujar Indiska Handiana Mughni, S.Ikom., M.Ikom, Kamis (10/11/2022).

Secara posisi geopolitik dan geoekonominya sangat strategis, terletak di antara dua benua dan samudra, Indonesia merupakan “global meeting point” dan sekaligus “global melting point”. Dan ini menyebabkan berkembangnya beragam pengetahuan dan kebudayaan yang bukan saja menjadi warisan bagi Indonesia, namun juga merupakan warisan bagi dunia.

Kemajuan teknologi digital mendorong dinamika dan perkembangan bidang sosial budaya. Arus informasi yang tidak mengenal batas mendorong interaksi dan asimilasi sosial budaya secara lebih intensif. Dinamika kehidupan sosial dan demokrasi politik semakin mengandalkan media sosial. Semua itu dapat berdampak positif maupun negatif. Adopsi budaya dari luar dapat berkembang hampir secara tidak terkendali. Tentu fenomena tersebut berdampak pada perubahan gaya hidup dan cara berpikir.

Oleh karena itu, semakin disadari pentingnya mempertahankan jati diri bangsa. Landasan sosiologis-kultural berorientasi pada fungsi-fungsi sosial, baik yang bersifat laten maupun manifes. Tidak hanya aspek pengetahuan terkait ruang lingkup sosiologis dan kultural, tetapi proses pendidikan mengarahkan kepada pola sikap dan perilaku yang mencerminkan aktivasi fungsi-fungsi sosial yang luas, sehingga pendidikan pada hakikatnya juga pergerakan dalam perubahan sosio-kultural yang positif.

(Diska SMI-04)

Bagikan berita ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous post Moeldoko Jenderal Yang Dekat Dengan Pesantren
Next post Moeldoko : Berani Memimpin